Pasca-Teror Paris, Muslim Prancis Cemaskan Aksi Balas Dendam

Korban tewas penembakan brutal di Paris (Foto: AP)Untuk kedua kalinya di tahun ini, warga Muslim di Prancis mengaku takut akan adanya aksi balas dendam atas serangkaian serangan teror Paris yang diklaim dilakukan oleh kelompok radikal, seperti ISIS.
Sebagaimana diketahui pada Jumat 13 November, sekelompok pria bersenjata telah membunuh 120 orang lebih dan melukai 352 orang lainnya dalam serangkaian serangan di gedung konser, restoran, maupun stadion di Paris.
Akibat teror Paris yang diklaim oleh kelompok radikal ISIS itu, para masyarakat Muslim di Prancis langsung mengecam hal tersebut sekaligus takut akan adanya aksi balas dendam terhadap komunitas Muslim di Prancis.
“Ketika Anda terlihat seperti Muslim, itu jelas sulit. Cara orang-orang memandang kami akan berubah dan relatif tidak lebih baik. Kadang-kadang sempat terpikirkan oleh saya lebih baik disangka sebagai Yahudi dan bukan Muslim, karena itu akan mengurangi masalah,” ujar Marjan Fouladvind, seorang mahasiswa program doktor di Paris, seperti dilansir Reuters, Senin (16/11/2015).
Umat yang meninggalkan Masjid Agung Paris setelah Salat Zuhur hari ini juga khawatir bahwa kalangan Muslim di Prancis akan disalahkan atas konflik yang berakar di Timur Tengah itu.
“Cerita dan kejadian ini jelas mengotori Islam dan mencemari Muslim. Banyak masalah di sana yang seharusnya tidak mereka bawa ke sini,” ucap warga Prancis bernama Soufiane.
Sebanyak lima juta populasi Muslim di Prancis memandang betapa mudahnya menghubungkan teror Paris dengan serangan mematikan di kantor majalah satirCharlie Hebdo pada Januari 2015.
“Kami tidak mengerti apa yang terjadi. Peristiwa teror Paris maupun Charlie Hebdoseakan-akan hanya semakin memundurkan kami,” imbuh Ismael Snoussi, seorang umat Muslim di Masjid Luce, sebuah kota di luar Chartres di mana salah satu pelaku teror Paris, tumbuh dan dibesarkan.
Sementara itu, seorang Muslim Prancis yang bekerja untuk sebuah LSM, Malika Chafi, marah ketika ditanya apa yang dirasakannya sebagai seorang Muslim terkait tragedi yang terjadi di Paris.
“Bagi saya, sangat tidak masuk akal mengatakan seorang Muslim yang patut disalahkan dalam aksi teror di Paris. Saya juga seorang pemungut suara, konsumen, ibu, dan seseorang yang mencintai musik klasik. Saya terkejut bukan karena seorang Muslim, tetapi sebagai seorang warga negara. Ini bukan masalah Muslim, ini masalah polisi dan terorisme,” tegasnya di halaman Masjid Agung Paris.
Seorang staf di Stadion Stade de France, Nabil, juga menolak menyebut para penyerang teror Paris itu sebagai ‘jihadis’ atau ‘Islamis’.
“Mereka itu teroris, bukan ‘jihadis’ ataupun ‘Islamis’. Saya hanya berjarak 100 meter dari ledakan pertama dan sebuah bom tidak akan membuat perbedaan antara Muslim, Buddha, atau agama lain. Itu tetap tindak kejahatan,” katanya.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment